Rabu, 01 Agustus 2012

UAS TI


PENGAWETAN BASAH

Mungkin kebanyakan dari kita belum mengetahui taxidermy. Taxidermy adalah seni pemasangan atau kegiatan mereproduksi hewan yang sudah mati untuk dijadikan trofi berburu dan sumber belajar. Istilah taxidermy berasal dari bahasa Yunani yang artinya "penataan kulit".
Taxidermy dapat dilakukan pada semua spesies vertebrata dari hewan, termasuk mamalia, ikan, burung, amfi bi, dan reptil. Orang yang mereproduksi dan ahli mengisi kulit hewan disebut taxidermist. Para taxidermist dapat berlatih secara profesional untuk museum atau sebagai bisnis untuk kebutuhan para pemburu dan nelayan, atau sebagai amatir.
Mereka harus mengerti tentang anatomi, patung, lukisan, dan penyamakan. Kegiatan mengumpulkan hewan yang sudah dibekukan (taxidermy) mungkin pernah kita temui ketika berkunjung ke museum atau ke rumah seorang kolektor. Biasanya hewan-hewan tersebut menjadi hiasan. Sekilas terlihat seperti hewan yang masih hidup, tetapi sebenarnya telah mati.
Memang sebenarnya mereka adalah hewan yang dikeraskan (dibekukan), tubuhnya asli, bukan buatan manusia. Tetapi, kebanyakan hewan taxidermy diletakkan pada museum-museum karena hewan-hewan yang dibekukan itu digunakan untuk belajar, sebagai media ilmu pengetahuan tentang anatomi tubuh hewan.
Pada masa pemerintahan Victoria, taxidermy merupakan objek desain dan seni dekorasi yang mengacu pada pandangan kaum Barat terhadap dominasi manusia atas hewan. Hampir setiap kota memiliki bisnis penyamakan pada abad ke-18. Kemudian, pada abad ke-19, para pemburu binatang membawa hasil buruan mereka ke toko kain pelapis jok.
Di situ, para pekerja pelapis kain jok benar-benar akan menjahit kulit hewan dan barang-barang mereka dengan kain dan kapas. Istilah "barang isian" atau "boneka" berevolusi dari bentuk kasar taxidermy. Para ahli yaxidermy lebih memilih memasang dan mengisi dengan kapas yang terbungkus tubuh kawat dengan jahitan pada kulit yang masih bagus.
Dalam sebuah artikel "Nouveau Dictionnaire d'histoire Naturelle" (1803-1804) yang dipopulerkan Arsenical Soap, Louis Dufresne adalah ahli mengisi binatang di museum nasional d'Histoire Naturelle dari tahun 1793. Teknik itu memungkinkan untuk membangun museum koleksi terbesar burung di dunia.
Seni taxidermy mulai berkembang pada awal abad ke-20 oleh artis Carl Akeley, James L Clark, William T Hornaday, Coleman Jonas, Fredrick, William Kaempfer, serta Leon Bardoa. Di bawah pimpinan mereka, seni taxidermy berkembang menjadi bentuk modern.
Tokoh Anatomis mengembangkan setiap detail artistik dengan pose yang menarik secara akurat, dengan pengaturan yang realistis dan bentuk yang dianggap sesuai untuk spesies. Ini hanya perubahan dari karikatur populer menjadi sebuah trofi (piala). btr/R-2
Bentuk Seni yang Menarik
Praktik metode para taxidermist telah meningkat selama satu abad terakhir dengan mempertinggi kualitas taxidermic dan menurunkan kualitas toksisitas. Prosesnya sama ketika menghilangkan kulit dari ayam yang belum dimasak. Proses taxidermy dapat dicapai dengan cara tidak membuka rongga tubuh hewan sehingga pengisian tidak harus melihat organ tubuh hewan tersebut.
Praktik itu bergantung pada jenis kulit dan bahan kimia yang diterapkan pada kulit sehingga menjadi kulit yang kecokelatan. Kemudian dipasangkan pada manekin yang terbuat dari kayu, wol, dan kawat, atau bentuk poliuretan. Banyak ahli kulit AS menggunakan hewan beruang sebagai bahan taxidermy, tetapi sebagian dari mereka menggunakan ular, burung, dan ikan sebagai objek taxidermy.
Pemasangan binatang telah lama dianggap sebagai suatu bentuk seni yang menarik. Seni ini membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk pengerjaannya. Tidak semua taxidermist modern menjadikan taxidermy ajang memburu trofi atau komersialitas. Dengan cara pembekuan, spesimen taxidermy dapat disimpan dan digunakan kemudian. Ahli pengisi binatang kemudian menghilangkan kulit.
Kulit akan tampak kecokelatan dan diobati dengan bahan kimia. Kemudian melakukan pengukuran pada kulit yang tersisa untuk mengambil beberapa bagian tubuh dan kulit. Sebuah metode tradisional yang masih populer saat ini dengan cara melibatkan dan mempertahankan tengkorak asli dan tulang kaki dari spesimen, dan menggunakannya sebagai dasar untuk pembuatan manekin, dibuat dari rol kayu dan kawat galvanis.
Ada cara lain dari metode ini, yaitu memplester bangkai hewan secara rapi, kemudian membuat salinan dari hewan tersebut dengan menggunakan salah satu dari beberapa metode pembuatan taxidermy. Kemudian sebuah cetakan akhir terbuat dari resin poliester dan kain kaca. Suatu bentuk poliuretan dibuat untuk produksi akhir. Cetakan yang digunakan untuk menghasilkan tokoh binatang disebut "bentuk".
Bentuk juga dapat dibuat dengan patung hewan di tanah liat. Banyak orang menghasilkan bentuk dan dijadikan stok dalam berbagai ukuran. Kemudian mata kaca biasanya ditambahkan ke dalam bentuk, dan dalam beberapa kasus menggunakan gigi palsu, lidah, rahang, atau untuk beberapa burung menggunakan paruh dan kaki buatan. Seiring berjalannya waktu, tren taxidermy semakin populer, yaitu membekukan hewan secara kering (freezing dry).
Metode freezing dry biasanya dilakukan pada reptil, burung, dan mamalia kecil seperti kucing, tikus besar, serta beberapa jenis anjing. Metode ini memang terlalu memakan waktu dan mahal. Kemudian ada istilah rogue taxidermy yang diperkenalkan oleh Minneapolis, keolmpok yang berbasis pada the Minnesota Association of Rogue Taxidermists (MART) pada oktober 2004.
Asosiasi itu didirikan oleh Sarina Brewer, Scott Bibus, dan Robert Marbury. Lantas, ada istilah taxidermy antropomorfik, yakni tempat boneka binatang yang berpakaian layaknya orang, atau ditampilkan seolah-olah terlibat dalam kegiatan manusia. Metode ini sangat populer pada era Victoria dan Edward, tetapi gaya atau metode ini masih dapat kita temukan saat ini. Praktisi yang terkenal dengan metode ini adalah Walter Potter dan Edward Hart yang menggambarkan atau membuat seri tinju dua tupai merah. btr/R-2Pengakuan Amanda Seyfried Aktris cantik Amanda Seyfried ternyata memiliki hobi yang cukup aneh. Ia ternyata senang sekali mengoleksi hewan- hewan yang diawetkan alias taxidermy. Bersama dengan mantan kekasihnya, Ryan Phillippe, aktris multitalenta ini adalah seorang pencinta seni taxidermy (seni mengawetkan binatang).
Tentu saja ia membuat banyak orang terkejut dengan pernyataannya karena biasanya yang memiliki hobi tersebut adalah orang-orang geek. "Aku memang seorang penggemar taxidermy, aku lebih suka mengoleksi binatang-binatang yang diawetkan, yang tubuh dan kulit yang masih dalam bentuk utuh," kata dia.
Karena kecintaannya pada seni taxidermy ini, wanita berambut pirang yang berperan sebagai Karen Smith di film Mean Girls (2004) itu rela mengeluarkan uang berapa pun untuk memuaskan keinginannya mengoleksi binatang-binatang yang telah diawetkan. "Belum lama ini, aku membeli seekor kuda yang diawetkan. Ini adalah binatang utuh kedua yang aku beli. Harga kuda itu 1.900 euro (sekitar 25 juta rupiah). Memang mahal sih, tapi ini sebuah seni yang aku suka," pungkas dia. berbagai sumber/btr/R-2

 PROSES PENGAWETAN HEWAN

Biologi adalah suatu ilmu tentang kehidupan. Bagi siswa mempelajari tumbuhandan hewan dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya adalah bagian penting dalammempelajari biologi. Untuk mengenal hakekat hidup, serta dalam kehidupan tersebutdiperlukan suatu cara atau metode.Pengawetan tumbuhan dan hewan sangat diperlukan terutama untuk memenuhikebutuhan pada masa yang akan datang, "dalam membantu" perkembangan ilmu. Awetanrangka dan anatomi tumbuhan maupun hewan sering diperlukan sebagai alat peraga dalamkegiatan belajar mengajar biologi di kelas. Adanya awetan yang dibuat sendiri sangatmembantu pengadaan alat peraga dan koleksi. Tanpa adanya pengawetan yang baik,tumbuhan dan hewan yang ditemukan dan dikoleksikan maka akan mengalami kerusakan,misalnya pengerutan atau pembusukan
A.    Herbarium
Herbarium adalah tumbuhan yang dikeringkan dan direkatkan pada kertasmanila, diberi nama dan keterangan secara lengkap, atau dapat pula diartikan sebagailembaga atau tempat menyimpan herbarium spesimen. Pada awalnya herbariummerupakan tempat menyimpan tanaman atau tumbuhan yang memiliki khasiat obat.Herbarium berfungsi sebagai:
1.Tempat koleksi tumbuhan
2.Tempat pemeliharaan fosil tumbuhan
3.Tempat aktivitas ilmuan sistematika
4.Tempat penelitian sistematika tumbuhan.
5.Pemeliharaan data vegetasi ,
6.Tempat sarana membelajaran botani phansrogamae.
7.Bahan identifikasi dan determinasi.
8.Bukti kekayaan tumbuhan dari suatu daerah.
9.Bahan tukar menukar kekayaan alam tumbuhan dari berbagai daerah.
Untuk membuat suatu herbarium sederhana diperlukan beberapa peralatan yang
terdiridari:
1. Cangkul atau sekop.
2. Gunting tanaman kecil.
3. Pisau saku atau pisau silet.
4. Sabit panjang.
5. Vasculum/tromol/kantong plastik ukuran 55 cm x 80 cm.
6. Sasag untuk mengepres ukuran 55 cm x 40 cm.7. Binokuler lapangan.
8. Kertas koran.
9. Pita meteran.
10.Altimeter.
11. Label, note book, pinsil, kertas koleksi, dan lem.
12. Kamera (tustel).
13. Bahan pengawet (sublimat, alkohol, formalin).
B.     Insektarium
Salah satu cara yang baik untuk mempelajari serangga diantaranya ialah pergike lapangan dan kemudian kita mengadakan koleksi terhadap serangga-seranggatersebut. Akan tetapi mempelajari serangga tidak mungkin dilakukan di lapangan setiap jam pelajaran. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu jam pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan koleksi terhadapserangga tersebut dan selanjutnya mengawetkannya.
 
Mempelajari serangga dengan menggunakan koleksi serangga yang telahdiawetakan akan lebih menarik dibandingkan dengan hanya mempelajari serangga dari buku saja maupun mengamati gambar serangga yang ada pada buku.Tanpa diawetkan serangga-serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satukali praktikum tetapi jika diawetkan dapat dipergunakan selama mungkin. Denganmengawetkan serangga yang telah dikoleksi kita tidak perlu sering mengadakan koleksiyang mungkin akan mengganggu keseimbangan alam.
1.Alat dan Bahan yang diperlukan

1.Jala serangga (insect net)
2.Botol pembunuh serangga (Insect killing jar).
3.Tromol.
4.Kantong plastik.
5.Amplop atau kertas yang dapat dibuat amplop.
6.Perentang serangga (Spreading board).
7.Pinset.
8.Kotak serangga.
9.Jarum serangga.
10.Kartu label.
11.Kapurbarus/silikagel.
Untuk lebih jelasnya dikenalkan satu-persatu mengenai alat serta bahan yang dipergunakan
untuk koleksi dan pengawetan serangga tersebut sebagai berikut.
B.1.a.Jala serangga
ahan yang digunakan untuk membuat j ala serangga.a.kain kelambu b.kain katunc.bangkai
dari kawatd.tangkai kayue.tali pengikat atau pipa besi
B.1.b.Botol pembunuh serangga
Botol ini berupa botol yang bermulut datar dan mempunyai tutupyang rapat. Ukuran botol tersebuit bermacam-macam ada yang kecil ada juga yang besar. Pada bagian dasar botol berisi zat pembunuh seranggamisalnya Calcium Cyanida (CaCn). Di atas Calcium Cyanida terdapatlapisan katun dan kapas yang dilapisi dengan cardboard.
B.1.c.Tromol
Tromol berupa kotak yang terbuat dari logam yang mempunyaitutup dan mempunyai tali yang dapat disandang.
B.1.d.Kantong plastik
Kantong plastik berupa plastik yang transparan dengan bermacam-macam ukuran diantaranya 5x10 cm2, 10 x 10 cm2, dan sebagainya.
B.1.e.Amplop
Amplop terbuat dari kertas HVS ataii kertas stensil ukuran folio.Kertas tersebut dilipat sedemikian rupa sehingga menjadi amplop tempatmenyimpan serangga sementara.Cara membuat amplop :-Kertas HVS ukuran folio (ABCD).- Buat garis EF seperti terlihat paga gambar.- Lipat kertas tersebut pada garis EF menurut arah pada gambar.- Setelah dilipat terlihat seperti gambar.
- Garis AB dan garis BC dilipat seperti arah panah, hingga terbentuk amplop.
B.1.f.Pinset
Pinset diperlukan untuk mengambil serangga kecil atau larvaserangga.
B.1.g.Perentang serangga
Perentang serangga bahannya terbuat dari kayu dan mempunyaiukuran panjang 30 cm dan lebar 10 cm. Bentuknya seperti tampak padagambar.
B.1.h.Kotak serangga
Kotak serangga merupakan kotak untuk menyimpan seranggayang telah diawetkan. Kotak serangga dapat terbuat dari bahan kayu ataukarton tebal yang mempunyai tutup yang terbuat dari kaca. Tutup tersebutdapat dibuka.Cara membuat tutup dapat dibuat langsung dari kaca yang bisadigeser seperti tampak pada gambar atau tutup kotak tersebut berupa bingkai yang memakai kaca dan dapat dibuka dengan engsel.Ukuran kotak dapat dibuat bermacam-macam tergantung darikebutuhan, misalnya panjang 60 cm dan lebar 40 cm, tinggi atau tebalkotak antara 6-7 cm. Pada bagian dasar dari kotak dilapisi dengan bagianyang lunak supaya mudah ditusuk oleh jarum serangga, misalnya terbuatdari lempengan gabus atau lembaran busa.
B.1.i.Jarum serangga
Jarum serangga bentuknya seperti jarum pentul tapi lebih panjangdari jarum pentul.
B.1.j. Kertas label
Kertas label terbuat dari karton manila yang berwarna putihdengan bentuk empat persegi, panjang ukurannya tidak lebih dari 6x8mm2.
B.1.k. Kapur barus
Kapur barus yang dipergunakan ialah kapur barus yang biasadigunakan sehari-hari. Kapur barus disimpan dalam kotak serangga yang berisi serangga yang telah diawetkan dan dibungkus dengan kain kasa danditempelkan pada dasar kotak dengan bantuan jarum pentul atau paku payung.
B.2. Cara Menangkap Serangga
Untuk menangkap serangga digunakan jala serangga. Jala serangga padaumumnya digunakan untuk menangkap serangga yang dapat terbang. Untuk menangkap serangga-serangga kecil yang hidup pada rumput-rumputan atau padasemak, yaitu dengan cara mengibas-ngibaskan jala serangga beberapa kali padarumput atau semak tersebut.Jala serangga dapat juga diguankan untuk menangkap serangga sedangterbang. Apabila serangga tersebut telah masuk ke dalam jala maka jala tersebutsegera dilnatkan agar serangga tidak lepas kembali (lihat gambar). Untuk mengambil serangga yang telah masuk ke dalam jaring dapat dilakukan dengancara memasukkan botol pembunuh serangga ke dalam jaring. Selanjutnya tutup botol dibuka dan setelah serangga masuk ke dalam botol segera ditutup d anganrapat.
Mengambil serangga di dalam jala serangga dengan menggunakan botol pembunuh serangga dapat menghindari kerusakan serangga. Karena apabiladengan tangan atau pinset serangga tersebut akan menggelepar, kemudian bagiantubuh serangga, misalnya sayap akan robek. Juga pengambilan serangga dengancara tersebut dapat menghindari sengatan apabila serangga tersebut mempunyaisengat. Setelah serangga dalam botol tersebut mati, maka untuk serangga kecilatau serangga yang bersayap dimasukkau ke dalam kantong plastik. Sedangkanuntuk serangga besar terutama kupn-kupu dimasukkan ke dalam amplop yangtelah disediakan terlebih dahulu. Kantong plastik dan amplop yang berisiserangga selanjutnya dimasukkan ke dalam tromol.
B.3. Cara Merentang Serangga
Sebelum serangga itu dikoleksi dalam kotak serangga terlebih dahuluserangga tersebut hams direntang pada papan perentang serangga. Pada waktumerentang harus diusahakan semua bagian serangga harus mudah dilihat danmudah untuk dipelajari. Serangga yang direntang harus masih utuh, artinyasemua bagian serangga tidak ada yang hilang atau rusak.Serangga yang akan direntang bagianthoraknya(dada) ditusuk dengan jarum serangga. Cara menusuk serangga tergantungpada jenis serangganya.Selanjutnya bagioan tubuh serangga diletakkan pada bagian tengali atau bagianyang melekuik dari perentang serangga. Punggung (bagian dorsal) seranggamenghadap ke atas dan serangga diletakkan ke arah memanjang dari perentangserangga. Kemudian letak sayap diatur. Supaya letak sayap tetap maka harusditutup dengan kertas dan dikuatkan dengan jarum serangga. Setelah direntangserangga tersebut dibiarkan untuk beberapa hari sampai serangga tersebut kering.Selama pengeringan dalam perentang serangga tidak perlu diberi bahan pengawet karena tubuh serangga mempunyai rangTa luar yaqng terbuat dari bahan kitin. Selama pengeringan harus diusahakan disimpan di tempat yang bebas semut. Lama pengeringan dalam perentang tergantung dari besar kecihiyaserangga dan juga tergantung dari kelembaban dan temperature udara:Untuk mengetahui apakah serangga tersebut sudah kering dapat dilakukandengan cara menyentuh abdomen serangga tersebut dengan menggunakan jarum- jarum secara berhati-hati.Apabila abdomen tersebut dapat bergerak terhadap sayap maka seranggatersebut belum kering betul.
B.4.Cara Penusukan Serangga
Serangga yang telah dikeringkan diletakkan dalam kotak serangga dengan bantuan jarum serangga yaitu dengan cara menusuk serangga tersebut dengan jarum serangga. Serangga ditusuk pada bagian tubuhnya secara vertikal. Bagiantubuh serangga yang ditusuk tergantung dari jenis serangganya. Serangga yang berbentuk kupu-kupu, labah, kumbang kayu, dan lalat, penusukan dilakukan padathorax di antara dasar sayap depan. Untuk kumbang kayu dan lalat, tusukan agak mengarah ke sebelah kanan. Penusukan pada kepik kayu yaitu pada bagian kananscutellum. Pada Belalang penusukan di bagian belakang pronotum arah sebelahkanan. Pada serangga yang bersayap perisai penusukan dilakukan pada
elytron
sebelah kanan.A. Kupu-kupuB. LalatC. Kepik D. BelalangE. Serangga bersayap perisai
 
B.5. Cara Memberi Label
 Nilai ilmiah dari spesimen serangga tergantung dari data lokasi, tanggaldan kolektor yang tertulis pada label. Label ditusukan dengan jarum serangga dandiletakkan paralel dengan serangga. Tinggi label pada jarum harus sama yaitusekitar 1,5 cm. Tulisan pada label harus dapat dibaca dari sebelah kananserangga.
B.6.Cara Menyusun Koleksi Serangga
Specimen serangga yang telah ditusuk dengan jarum serangga dan diberilabel disusun dalam kotak serangga. Serangga dapat disusun menurut Ordo danFamilinya. Untuk keperluan tersebut diperlukan label Ordo dan label Famili.Label Ordo berisi nama Ordo dan nama daerahnya demikian juga label famili berisi nama famili dan nama daerahnya. Label Ordo diletakkan pada jarumterpisah demikian juga label Famili.Untuk koleksi yang disusun dalam musium selain diberi label Ordo danfamili juga diberi label Genus, Species, Author dan tanggal. Label ini berukuran1,25 cm x 3 cm dan diletakkan pada bagian bawah yang berisi lokasi, tanggal dankolektor.
B.7. Pengawetan Serangga dalam Cairan Penganiet
Pengawetan serangga selain cara kering dapat juga dengan caramenggunakan cairan pengawet. Pengawetan dengan cara ini dapat dilakukansecara sementara sebelum serangga tersebut ditusuk atau atau juga dilakukansecara permanen. Para kolektor banyak yang mengawetkan serangga dalamcairan pengawet karena hal ini mempunyai kemudahan dalam determinasidibandingkan dengan serangga yang ditusuk. Serangga yang biasa diawetkandalam larutan pengawet terutama serangga dalam stadium larva atau nirnfa,serangga yang mempunyai tubuh lunak dan serangga kecil yang apabila ditusuk akan rusak.
B.7.a.Bahan
Cairan yang digunakan untuk mengawetkan serangga dan larva ialahetil alkohol 70% s.d 75%. Cairan yang digunakan untuk membunuhserangga dan larva ialah etil alkohol 95%.
B.7.b.Cara mengawetkan
Serangga atau larva dimasukkan dalam etjl alkohol 95% selama 24 jam. Selanjutnya serangga tersebut diawetkan dalam botol yang berisi etilalkohol 70% s.d 75% dan tutup dengan rapat.Etil alkohol cocok digunakan sebagai pengawet larva tetapi biasanyatidak cocok digunakan untuk membunuh larva. Cara membunuh yangtidak cocok dapat mengakibatkan larva tersebut kehilangan warna,menggelembung atau bentuknya berubah.
B.7c. Cara membunuh larva
1.Dengan cara kimiawi
Dengan cara ini dilakukan derngan menggunakan larutan seperticampuran XA:
Xilene ......................1 bagian
Etil alkohol 95% ..............1 bagian


2. Dengan cara pemanasan
Cara ini dilakukan dengan memasukkan larva ke dalam air panas yangdibiarkan airnya sampai dingin dan diawetkan dalam etil alkohol 75%.

TEKNIK PENGAWETAN HEWAN AVERTEBRATA

Pengawetan hewan avertebrata bertujuan untuk mempermudah pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika hewan avertebrata dengan membuat media pendidikan sendiri.
Tahap-tahap pengawetan hewan avertebrata, yaitu :
1.      kegiatan mematikan hewan
Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut :
a. menthol, dengan cara menaburkan kristal-kristal menthol pada permukaan air tempat hewan tersebut mengembang.
b. Magnesium sulfat, kristal magnesium langsung ditaburkan pada permukaan hewan yang masih basah.
c. magnesium chlorida, larutan chlorida 7,5% (dilarutkan air yang telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 30 detik.
d. chloral hydrate, digunakan untuk melakukan anastesi hewan air tawar
e. propylene phenoxetol, dengan cara merendam hewan-hewan yang mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene phenoxetol yang kadarnya tidak melebihi 1%.
f. ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air tawar dengan kadar 10%.
2.      fiksasi
Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.
3.      Pengawetan.
Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur.

Pengawetan Hewan Kering dengan Taksidermi

Pengawetan hewan kering dengan cara /istilah taksidermi merupakan proses pengawetan dengan cara mengelurkan organ dalam dari hewan tersebut dan yang dibentuk adalah kulit dari hewan itu sendiri.
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi kepada para pembaca blog saya yang sederhana ini mengenai teknis pengerjaan pengawetan hewan dengan cara pengeringan ini lebih detail disertai foto kegiatan yang pernah saya lakukan mudah-mudahan bermanfaat (foto-foto ini saya ambil kebetulan dapat job/order/terima jasa pengawetan hewan kering dari seseorang yang sangat menyayangi hewan tersebut. Hewan tersebut adalah seekor anjing yang sudah berusia 15 tahun (mati karena usia).

Berikut tahapan proses pengawetan hewan dengan cara pengeringan/taksidermi :
1.      Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini terserah kepada kita, apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. ini Tentunya bukan untuk eksploitasi atau tujuan yang tidak baik, kita harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip/kelestarian alam/lingkungan. (Foto A atau Foto B)
2.      Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Karena jangan sampai ketikan proses pengulitan berlangsung, hewan tersebut secara fisiologis belum mati. Istilah saya untuk kejadian tersebut adalah "menjolimi". (Contoh gambar proses pematian hewan di bawah artikel ini). (Foto B)
3.      Pengulitan (Skining). Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit yang melekat pada otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap dan tajam sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit terkuliti, tidak ada otot/daging yang menempel pada kulit). (Foto D,E, F)
4.      Pengawetan Kulit (Preserving). Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa menyebabkan bau busuk bila kita tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah selesai pengulitan, kita lanjutkan dengan pengawetan kulit dengan cara memberi pengawet kulit (boric acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian dalam). Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama pengeringan tergantung jenis hewannya. (Foto G)
5.      To be continue.......................


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEqEp-E1Zu76oEr9k1sbJNTCjbR06sCki55pi2hBdBsXM5fLdcT75fLbO8GzBw4e8gj0IkuH-8mPmYZbGN8mR3zgsB4qdm4ZVzXdNPjKrdGrDRy8coeGXAwvMksuFvfkcDxUh5ZpOwFIbP/s320/Foto+1.JPG

Foto A




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4unaNPCcXXTlQPMd8wgd71HvWLj8xZsX2Rv7gy-bYiH8e6olQFuw3N2DiTcUN6JJx9cMeheRWicMNviNisYGpYQ_KCBEVr6lM-Va9i3wpfljoRsgpmjeCUvZIitas3EqbWJmGxKtzbWlx/s200/DSCF5346.JPG


Foto B

Foto C




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAI89Q1BgIvgo8mzgmZswh2TkiNUADpVsfOf-rCQgv2xp2GDXCHIIP1kdVpAuN7D3bmPQM-CdsLPZTc_Op83_HUJ9w6Yeao0Hg2BS3VwI_1cgsWqUGWoyYllYMWSM-8P_8cfbRysngp3P5/s320/DSCF5340.JPG


Foto D



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeMkCyqnDukVv78K6u49_AYuhXYRbj3cPaDOHL0PRtYUV2rB-I3qF1mo0cTdoP9Qgv-wXn8ilGogqxJn-zfl_OrwwmTkIqRjQ8X2BYvo1jw_1zZ_q5mNExZUeVhNd7DxWLGYE_fib4HKGA/s200/Foto+2.JPG







Foto E


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6N0bbGkjF8nBK-Vnh4ffjELCz9XwBx8zB2Y8UYBUVqOG4FowzEfiJ-tmo5Vivef1npQkykZN5J_KVzdEfMshHDFMh1h2vNIzvROmWPv43E1JfhhrVjPxF5w2FtXSYg4o0J7MY9m9Y7m-o/s200/Foto+3.JPG



Foto F



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUQ5_bzbkt52TEduGKz1GmFFBpjgxv2_Y-UXPdwhYJeJ-6IKbQKPNLyrb66lgO27lxmk3N8MnZRD6CrcDmKNFOibKdueiO5xwuQCvyJlfi57tg5OQqebY6zf0bRspR5RGVQAKd5NmcbKGa/s200/Foto+4.JPG





https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuOTh5I2GSX8-DJig3FMNnF8am7otHYf0qRE6F5ONri8zqW17b4vH5ORSa6vbHCnbG2cu7Jo3VYrMnAfzGpUjUB_CfEERTFWepaMONyKnefV3V6DbWRn6YIEv72SEO4NudtaOfYhO7J62C/s200/Foto+7.JPG

Foto G

MENGAPA PERLU PENGAWETAN HEWAN ?

Sepeti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa kita perlu/bisa membuat pengawetan hewan/tumbuhan antara lain karena :
a.       Keperluan belajar/pendidikan/koleksi (penelitian botani, zoologi, sistematik, morfologi, penyebaran, dan disiplin ilmu yang lain).
b.      Distribusi spesimen tertentu
c.       Kemelimpahan tidak setiap waktu
d.       Sebagai dokumen bukti-bukti kekayaan keanekaragaman (biodiversitas).

Dengan kata lain pengawetan hewan dan tumbuhan serta bagian-bagiannya diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan masa yang akan datang, Tanpa adanya sistem pengawetan yang baik, hewan dan tumbuhan yang ditemukan dan dikoleksi dilapangan akan mengalami kerusakan, misalnya akibat pengerutan atau pembusukan.
1.      PENGAWETAN HEWAN
Pada bagian ini penulis tidak akan terfokus kepada pengertian klasifikasi, sejarah, batasan, masalah, atupun macam-macam klasifikasi makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. Tapi pada bagian ini kita akan lebih menekankan kepada bagaimana teknik dan macam pengawetan khususnya untuk dunia hewan dan tumbuhan.
Sebagai gambaran, kita ketahui keanekaragaman yang ada di dunia ini sangat besar sekali, baik dalam bentuk, ukuran, struktur, fungsi dan yang lain. Untuk memudahkan mempelajari hewan dan tumbuhan yang sangat beraneka ragam dari sifat dan ciri yang ada pada hewan dan tumbuhan itu maka sadar atau tidak sadar manusia menggolong-golongkannya menurut kepentingannya masing-masing. Penggolongan ini didasarkan dari sifat dan ciri dari hewan dan tumbuhan itu sendiri dan akhirnya untuk mencari kesamaan sifat.
Walaupun demikian, kita tetap sedikit harus mengetahui beberapa sistem klasifikasi hewan atau tumbuhan agar ada kerangka tempat menggantungkan informasi-informasi tentang tingkatan organisasi dan kemungkinan kekerabatan berbagai jenis/tipe hewan dan tumbuhan.
Pengelompokkan dunia hewan menjadi 2 kelompok besar yaitu :
- Hewan tidak bertulang belakang (Invertebrata) : Hewan ini mulai dari Filum Protozoa, Porifera, Coelenterata, Platyhelimnthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Echinodermata, dan Arthropoda.
- Hewan bertulang belakang (Vertebrata) : Pisces, Amphibia, Reptil, Aves, dan Mammalia.
           
Pengelompokkan/klasifikasi tumbuhan menurut August Wilhem Eichler (1839-1887) dalam Sudarsono (2005:30) mengumumkan suatu klasifikasi yang pengaruhnya sampai saat ini yaitu dia membagi dunia tumbuhan menjadi dua :
A. Cryptogamae, merupakan tumbuh-tumbuhan yang alat perkembangbiakannya tersembunyi, yang termasuk golongan ini adalah :
1. Thallophyta (Fungi dan Algae)
2. Bryophyta (Musci dan Hepaticae)
3. Pteridophyta (Equisitinae, Lycopodinae, Filicinae)
B. Phanerogamae, merupakan tumbuhan yang alat perkembangbiakannya tidak tersembunyi, meliputi :
1. Gymonospemae (tumbuhan biji terrbuka)
2. Angiospermae (tumbuhan biji tertutup)
MACAM-MACAM PENGAWETAN HEWAN ANTARA LAIN :
1. HERBARIUM
Istilah herbarium lebih dikenal untuk pengawetan tumbuhan. Herbarium adalah material tumbuhan yang telah diawetkan (disebut juga spesimen herbarium). Herbarium juga bisa berarti tempat dimana material-material tumbuhan yang telah diawetkan disimpan. Misalnya Herbarium Bandungense adalah herbarium kepunyaan Departemen Biologi FMIPA ITB di Bandung, sedangkan Herbarium Bogoriense adalah herbariumm kepunyaan Balitbang Botani, Puslitbang Biologi Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Bogor.
Menurut cara pengawetannya bisa dibedakan menjadi :
a. Herbarium kering, cara pengawetannya dengan dikeringkan.
b. Herbarium basah, cara pengawetan dengan disimpan dalam larutan pengawet seperti alkohol 70%, formalin 4 %, atau FAA (larutan yang terdiri dari formalin, alkohol, asam asetat glasial, dengan formula tertentu)
Dari kedua gambar di atas sekilas nampak tidak bisa dibedakan mana hewan yang sudah diawetkan dan mana yang belum diawetkan. Kelompok hewan A adalah hewan yang masih hidup, sedangkan kelompok B hewan yang sudah diawetkan dengan proses yang disebut taksidemi.
Taksidermi merupakan istilah pengawetan untuk hewan pada umumnya, vertebrata pada khususnya, dan biasanya dilakukan terhdap hewan yang berukuran relatif besar dan hewan yang dapat dikuliti termasuk beberapa jenis reptil, burung, dan mammalia. Organ dalam dikeluarkan dan kemudian dibentuk kembali seperti bentuk asli ketika hewan tersebut hidup (dikuliti, hanya bagian kulit yang tersisa). Pengetahuan tentang kulit ini, sering dipakai sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, dan juga untuk menunjukkan bemacam-macam varietas yang terdapat di dalam species.
Dengan kata lain taksidermi merupakan pengetahuan tentang skinning (pengulitan), preserving (pengawetan kulit), stuffing (pembentukan), dan mounting/opzet/pajangan (penyimpanan sesuai kondisi waktu hidup).
3. BIOPLASTIK
Bioplastik merupakan pengawetan spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai media/alat, baik itu untuk kepentingan pendidikan atau komersial tertentu ataupun tujuan tertentu
Teknik pengawetan hewan/tumbuhan dengan Bioplastik ini memiliki beberapa keunggulan antara lain : Kuat dan tahan lama, murah, menarik dan praktis dalam penyimpanan. Tapi teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu objek asli tidak bisa disentuh/diraba (karena observasi hanya mengandalkan penglihatan saja).
Pengawetan dengan menggunakan poliester resin ini dapat dilakukan pada bahan segar, awetan kering, dan atau awetan basah. Pengawetan ini bisa untuk mengamati aspek morfologi, anatomi, jaringan, perbandingan, atau siklus hidupnya.
Prinsip dari teknik pewarnaan ini adalah mewarnai bagian tulang vertebrata sehingga bisa dengan jelas membedakan tulang-tulang vertebrata secara khsusus, dan ini bisa digunakan untuk keperluan identifikasi ataupun determinasi vertebrarta secara umum.
Pengamatam terhadap pertumbuhan perkembangan tulang suatu hewan terkadang sulit kalau tanpa merusak hewan tersebut. Dengan ditemukannya metode pewarnaan tulang dan tulang rawan dengan tidak perlu merusak tubuh hewannya, merupakan sarana untuk penelitian keadaan dan perkembangan tulang.
Dengan hanya mewarnai tulang dan rawan saja, sedangkan yang lainnya bening maka kita bisa mengamati berbagai hal, diantaranya bentuk, perkembangan dan kecacatannya dari suatu hewan vertebrata pada tingkat perkembangan yang bervariasi.

Contoh Pengawetan hewan
a.      Kura-Kura
Kura-kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil. Bangsa hewan yang disebut (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan mudah dikenali dengan adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku.
Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung disebut karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung. Perkecualian terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan digantikan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.
Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal tiga kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yalah penyu (bahasa Inggris: sea turtles), labi-labi atau bulus (freshwater turtles), dan kura-kura (tortoises). Dalam bahasa Inggris, dibedakan lagi antara kura-kura darat (land tortoises) dan kura-kura air tawar (freshwater tortoises atau terrapins).
b.      Cara Mengawetkan Kura-Kura
Setelah kura kura mati, bersihkan semua bagian luar kura-kura dengan menggunakan sikat gigi, kalau perlu gunakan sabun yang lembut, keringkan,lalu bungkus kura-kura dengan plastik hingga rapat dan simpan dalam freezer. Sementara itu kita siapkan bahan bahan yang diperlukan untuk pengawetannya.
1.      Alat dan Bahan
Bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan untuk pengawetan kura-kura adalah:
a)      500 ml formalin (banyaknya tergantung dari ukuran kura kura yang mati, makin besar kura kura, makin banyak formalin yang dibutuhkan. Setengah liter formalin dalam resep ini dipakai untuk mengawetkan kura kura mati berukuran 15 cm)
b)      Kotak plastik dengan ukuran yang sesuai kura kura dan memiliki tutup yang rapat.
            c)      Serat dacron atau serat untuk isi bantal secukupnya.
d)     10 pc silica gel atau penyerap kelembanan.
e)      Jarum suntik.
f)       Monte untuk kalung plastik berwarna hitam yang bisa dibeli di toko accesoris pakaian, yang ukurannya sesuai dengan ukuran mata kura kura.
g)      1cc resin & hardener, untuk pemakainannya, bisa tanyakan ke penjualnya.
h)      Jarum pentul secukupnya.
i)        Stereoform dengan tebal 2 cm.
j)        Wax atau semir sepatu warna netral.
k)      Pinset panjang.
l)        Kipas angin stand.
m)    Masker hidung, kacamata dan 4 pasang sarung tangan.
2.      Langkah-langkah
Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah siap, keluarkan kura kura dari freezer, rendam dalam air hingga tidak membeku lagi atau lunak, lalu tahap ‘sadis’ dimulai.
·         Dengan bantuan pinset, buat lubang kecil dikerongkongan bawah kura kura dan keluarkan jantung dan paru-parunya.  Lubangi juga salah satu selangkangan untuk mengeluarkan usus dan ginjal kura kura. Khusus untuk kura kura  yang berukuran medium, buka atau belah dada kura kura.
·         Cuci bersih kura kura yang sudah dikeluarkan organ dalamnya dan pastikan tidak ada organ dalam yang tertinggal, daging pada kaki tidak perlu dibuang.
·         Carilah tempat yang terbuka atau ruangan yang  memiliki sirkulasi udara bagus, nyalakan kipas angin di belakang anda dan pakai sarung tangan, kacamata dan masker. Ini perlu dilakukan untuk menghindari kita menghirup uap formalin karena jika terhirup, bau uap formalin bisa menusuk hidung & menyesakkan dada.
·         Suntik formalin secukupnya pada daerah yang terdapat daging lalu rendam kura kura dalam larutan formalin. Aktu yang diperlukan kurang lebih 1 jam untuk kura kura berukuran kecil. Makin gede, makin lama ngerendemnya.
Cara menyuntikkan formalin
·         Setelah itu, angkat kura kura dari rendaman formalin, buka dan angin anginkan hingga mengering.
·         Isi mulut dan leher kura kura dengan serat Dacron sedikit demi sedikit, isi bagian dalam tempurung dengan Dacron & selingi dengan beberapa silica gel, tusuk bola matanya dengan jarum lalu isi dengan monte plastik hitam.
Tusuk bagian mata dengan jarum pentul
·         Bentuk kura kura sesuai dengan gaya yang diinginkan dengan menancapkan jarum pentul pada kaki kura kura ke ke stereoform.
·         Tahan bagian kepalanya dengan kayu kecil.
·         Keringkan di bawah sinar matahari langsung kurang lebih 1 minggu untuk kura kura berukuran kecil dan kuang lebih 3 minggu untuk kura kura berukuran sedang. Jangan lupa memasukkannya ke rumah kalau hari sudah sore.
·         Setelah kering sempurna, beri sedikit tetesan resin ke mata kura kura untuk memberi ekspresi hidup dan olesi seluruh badan denganwax atau semir sepatu netral.

c.      Cara Membuat Taksidermi (Awetan Kering Hewan)

Taksidermi adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk selanjutnya dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Ewan-hewan vertebrata yang sering dibuat taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, juga menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu, tentu saja taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi.
Alat dan bahan yang diperlukan antara lain: (1) bak bedah; (2) alat-alat bedah seperti gunting dan pinset; (3) alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup; (4) kawat, benang, kapas, dan jarum jahit; (5) zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas, formalin; (6) air.
Cara pembuatan taksidermi adalah sebagai berikut.Pertama:
Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha, keluarkan bagian ini.
Kedua:
Potonglah otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit.
Ketiga:
Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor.
Keempat:
Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada kulit. Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat pada kulit. Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara menyemprotkan air.
Kelima:
Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak.
Keenam:
Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor, kaki, tangan dan tengkorak kepala.
Ketujuh:
Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi.
Kedelapan:
Atur posisi hewan sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup.
Kesembilan:
Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga, bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca.

d.     Cara Membuat Awetan Hewan Sehingga Tampak Transparan

Pada pembelajaran biologi, di beberapa materi, misalnya sistem rangka memerlukan media pembelajaran asli. Untuk melihat bagaimana susunan tulang-tulang pembentuk rangka dalam keadaan dan posisi sebenarnya di dalam tubuh hewan yang diawetkan seperti tikus, kodok, kadal, burung, ikan, dsb., kita harus membuat jaringan-jaringan yang menutupi rangka hewan-hewan tersebut menjadi transparan. Tulang-tulang penyusun rangka akan dapat diamati dengan mudah pada kedudukan aslinya karena jaringan otot telah berubah menjadi transparan.
Cara membuatnya adalah sebagai berikut:
Pertama:
Semua hewan yang ingin dibuat awetan jenis ini harus terlebih dahulu dibersihkan dari sisik, bulu, maupun rambutnya.
Kedua:
Fiksasi tubuh hewan tersebut ke dalam larutan formalin 10% sekurang-kurangnya 1 minggu.
Ketiga:
Masukkan awetan tersebut ke dalam larutan KOH 2% agar daging atau otot menjadi transparan. Lama perendaman tergantung jenis hewan dan ketebalan dagingnya. Selama melakukan perendaman, lakukan penggantian larutan bila KOH telah menjadi keruh. Penggantian harus dilakukan dengan segera, bila terlambat 2-3 hari, awetan dapat menjadi hancur, dan anda harus mengulang lagi dari langkah awal. Bila daging telah benar-benar transparan, pindahkan awetan ke larutan KOH yang baru, dan anda dapat melanjutkan pembuatan ke tahapan berikutnya.
Keempat:
Beri beberapa tetes larutan Alizarin Red S. (5-6 tetes untuk larutan 250 ml), sehingga larutan berwarna merah muda. Biarkan hewan dalam larutan ini selama 24 jam hingga tulang menjadi berwarna ungu muda. Larutan Alizarin Red S dibuat dengan cara melarutkan 0,1 gram kristal Alizarin Red S ke dalam larutan KOH 1% yang telah ditambah sedikit NH4OH.
Kelima:
Pindahkan awetan ke dalam larutan yang terdiri dari KOH 1% dan gliserin dengan perbandingan 1:1, dan biarkan sampai awetan hewan tenggelam.
Keenam:
Masukkan ke dalam tempat penyimpanan yang permanen dengan larutan gliserin murni dan atur posisi hewan awetan. Agar tidak epat berjamur, dapat ditambahkan sedikit timol atau fenol.

Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru
Educational action research can be an emancimatory and liberating force. (Zeichner, 2001)
Apa yang manfaat yang akan didapat oleh guru jika mereka melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK)? Mengapa penelitian tindakan kelas (PTK) sangat perlu untuk dikembangkan?
Di Indonesia, pada saat ini PTK memang mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam dunia pendidikan. Ada banyak hal yang menjadi alasannya. Di antaranya bahwa, hasil-hasil dari PTK dapat langsung dimanfaatkan untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas pembelajaran di dalam kelas guru yang bersangkutan. Beberapa pakar pendidikan dan penelitian memberikan beberapa alasan mengapa PTK penting untuk dilakukan guru di sekolah. Beberapa alasan itu antara lain:
Pertama
PTK menawarkan suatu cara yang baru untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan atau profesional guru dalam kegiatan pembelajaran kelas (Suyanto, 1996). Sedangkan Cross (dalam Angelo, 1991) menyatakan bahwa hasil PTK dapat secara langsung dimanfaatkan untuk kepentingan kualitas kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dan dapat meningkatkan wawasan pemahaman guru tentang pembelajaran.
Kedua
Melalui PTK guru dapat melakukan penelitian tentang masalah-masalah aktual yang mereka hadapi untuk mata pelajaran yang diampunya. Guru langsung dapat melakukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran yang kurang berhasil agar menjadi lebih baik dan efektif.
Ketiga
Saat seorang guru melakukan PTK, guru tersebut dapat tidak meninggalkan tugasnya, artinya guru masih tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa, dan pada saat yang bersamaan secara terintegrasi guru melaksanakan penelitian. Oleh karena itu PTK sama sekali tidak mengganggu kelancaran kegiatan pembelajaran di dalam kelas (Kasihani, 1999).
Keempat
Karena permasalahan-permasalahan yang diteliti di dalam PTK adalah permasalahan-permasalahan yang dirasakan dan dialami guru sendiri, maka PTK dapat menjadi jembatan kesenjangan antara teori dan praktek. Karena setelah PTK guru akan memperoleh umpan balik yang sistematik mengenai kesesuaian antara teori pembelajaran dengan praktek yang mereka lakukan. Guru akan mengetahui teori yang tidak sesuai (tidak tepat) dengan praktek yang mereka lakukan. Selanjutnya guru dapat memilih teori yang cocok dan dapat diterapkan di kelasnya.
Kelima
PTK dapat pula dilaksanakan oleh guru secara kolaborasi bersama-sama dengan pihak lain yang terkait. Misal kolaborasi guru mata pelajaran sejenis, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan yang lain untuk secara bersama-sama mengkaji permasalahan yang ada, untuk kemudian merencanakan tindakan-tindakan agar permasalahan-permasalahan yang ada dapat segera dicarikan jalan keluarnya.